×

We use cookies to help make LingQ better. By visiting the site, you agree to our cookie policy.


image

Hipotesa, Ketika Indonesia Melawan Komunisme di Asia

Ketika Indonesia Melawan Komunisme di Asia

1975.

Mungkin merupakan tahun yang sangat berbahaya bagi Indonesia. 10 tahun setelah Indonesia menumpas PKI pada 30 September, ancaman akan menyusupnya kembali gerakan-gerakan komunisme tumbuh di sekeliling Indonesia. Di bagian tenggara Indonesia, Timor Timur sedang menjalankan proses dekolonisasi dari Portugal.

Di bagian utara, militer Amerika semakin dikalahkan di Vietnam, Kamboja dan Laos yang dengan sendirinya menegakkan ideologi komunisme di kawasan tersebut. Apabila Indonesia lengah, negara-negara ini dapat menjadi markas bagi simpatisan komunime di Indonesia. Atau lebih parah lagi, dapat berkolaborasi untuk memulai gerakan komunisme di Indonesia, Malaysia, Singapura hingga akhirnya seluruh Asia. Lantas, bagaimana Indonesia dapat menghentikan penyebaran komunisme di seluruh Asia Tenggara?

(Melawan Komunisme di Asia)

Semenjak 1940-an, satu persatu negara di Asia Tenggara memperoleh kemerdekaannya. Tentunya, mereka harus segera memilih ideologi serta bentuk negara masing-masing. Di sini, mereka diberikan dua pilihan oleh negara besar lainnya. Antara mengikuti ideologi komunisme seperti Uni Soviet atau Republik Rakyat Cina,

(♪ pidato oleh Nikita Khruschev ♪)

Atau mengadopsi demokrasi dan liberalisme, ala Barat.

(♪ pidato oleh John F. Kennedy ♪)

Pada akhirnya, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand memutuskan bahwa komunisme bukanlah ideologi yang tepat. Bahkan, merupakan sebuah ancaman. Kelima negara tersebut pun membentuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau yang kita sebut sebagai ASEAN di tahun 1967. Tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk mempercepat pembangunan ekonomi, menjaga keamanan dan kestabilan kawasan, dan memperkuat kerja sama antar anggota. Kerja sama ini diharapkan untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk mengikuti kelompok-kelompok komunis yang mengklaim akan memperjuangkan kesejahteraan bagi kala yang banyak. Bukan hanya itu, negara anggota ASEAN juga berjanji untuk tidak mencampuri urusan internal satu sama lain. Hanya saja, prinsip keanggotaan ASEAN masih terlalu minim. Pasalnya, ketika ini semua terjadi, terdapat dua kawasan yang tidak tersentuh pada prinsip-prinsip ini.

Di Timor bagian timur, daerah ini masih dikuasai oleh Portugal, dan tidak terlalu terlibat dalam peristiwa-peristiwa Jakarta. Sedangkan di Indochina, Vietnam tengah berupaya untuk mempersatukan Kambodia dan Laos dalam sebuah konfederasi komunisme.

Namun, Vietnam ditentang oleh salah satu faksi dari partai komunis di Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Pasalnya, mereka khawatir bahwa Vietnam akan menjajah Kamboja layaknya Perancis menjajah mereka dulu. Pada tahun 1975, Pol Pot berhasil mengambil kekuasaan Kamboja dari jenderal Lon Nol yang sebelumnya melakukan kudeta terhadap Pangeran Sihanouk. Posisi Pol Pot diperkuat dengan amarah masyarakat terhadap Amerika Serikat dan pemerintahan Lon Nol yang berkolaborasi dan menjatuhkan ribuan bom di Kamboja. Meski sama-sama komunis, Pol Pot memiliki perselisihan dengan Vietnam yang dianggapnya hendak menjajah kembali Kamboja. Sementara di Timur, situasi serupa mulai terjadi. Portugal mulai bekerja untuk melepaskan jajahannya di Timor dan Mozambik setelah partai komunis Portugal mengambil alih pemerintahan di tahun 1974.

Beberapa aktivis beraliran kiri mulai datang kembali ke Timor Timur dan membentuk partai pro-kemerdekaan yang beraliran maoisme. Partai ini bernama Fretilin. Pada pemilihan umum yang diprakarsai oleh Portugal, Fretilin mendapat suara mayoritas. Sementara partai pro-integrasi, APODETI, berada di urutan ketiga.

(Ramos Horta: Kami bukanlah partai komunis)

Pada tanggal 5 Juli 1975, Presiden Soeharto bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Gerald Ford. Dalam pertemuan tersebut, mereka mendiskusikan strategi untuk menjaga keamanan di Asia Tenggara. Berdasarkan percakapan dari pertemuan tersebut, Presiden Soeharto menyatakan bahwa kemenangan Vietnam dan Kamboja disebabkan oleh fanatisme ideologi komunis yang dapat disebarkan untuk mendorong gerakan komunisme serupa di mana saja, tanpa memerlukan kekuatan militer yang kuat. Selain itu, Presiden Soeharto juga menyampaikan pandangannya mengenai situasi Timor. Menurutnya, gerakan kemerdekaan di Timor Timur sangat dipengaruhi oleh ideologi komunisme yang juga mensupresi pihak yang pro-Indonesia. Kembali lagi mereka bertemu di Jakarta. Kal ini, strategi dari kedua negara tersebut menjadi jelas. Untuk situasi di Indochina, Amerika Serikat, Thailand dan Republik Rakyat Cina akan mendukung rezim Pol Pot unutk menghadang ambisi Vietnam. Mesikpun pemerintahan tersebut telah melakukan genosida terhadap masyarakatnya sendiri. Sedangkan bagi masalah Timor, Presiden Soeharto mengungkapkan situasi yang semakin genting, dan hendak meminta: Pengertian dari pihak Amerika Serikat apabila Indonesia mengambil langkah drastis. Pada dasranya, Indonesia merasa bahwa operasi militer tidak terelakkan demi menjaga keutuhan wilayah dan menjaga keamanan Indonesia dari komunisme. Dan hal ini, didukung oleh Amerika Serikat.

(Pembawa berita: Desember 1975.)

Beberapa hari kemudian, Indonesia mulai menyerang dan menduduki Timor Timur dalam Operasi Seroja. Dalam situasi ini, seluruh anggota ASEAN, terutama Malaysia, memberikan dukungan diplomatik pada kebijakan Indonesia. Pasalnya, mereka sendiri juga pernah melawan gerakan komunisme dalam negara mereka sendiri. Namun, pada tahun 1978, Vietnam menginvasi Kamboja dan dengan sendirinya melebarkan pengaruhnya di seluruh Asia. Tampaknya, rencana mereka telah gagal. Indonesia beserta ASEAN khawatir bahwa Vietnam dapat melatih kadar komunis yang dapat dikirim ke negara-negara lain. Meskipun demikian, menggunakan aset-aset militer untuk mengalahkan Vietnam sangatlah mustahil. Karena Vietnam sudah lebih berpengalaman dalam berperang. Menggunakkan cara-cara diplomatik pun harus berhati-hati. Pasalnya, apabila Indonesia terlalu mengkritik Vietnam secara terbuka, Vietnam dapat mengembalikan kritikan ini dengan mengungkit operasi militer Indonesia di Timor Timur. Indonesia serta ASEAN melakukan berbagai cara. Dari mencegah pemerintahan pro-Vietnam untuk mendapatkan kursi di PBB, mendirikan pemerintahan Kamboja di luar negeri, serta menampung pengungsi yang melarikan diri. Pada akhirnya, Indonesia dan Malaysia kembali lagi menyarankan sebuah ide yang tercantum dalam Prinsip Kuantan. Di dalamnya, Presiden Soeharto dan Datuk Hussein Onn berpendapat bahwa solusi bagi permasalahan Kamboja harus bersifat politis dan bukan militer. Selain itu, Vietnam harus bisa menjadi negara netral agar tidak didikte oleh kekuasaan lain. Mendorong negara-negara besar seperti: Amerika Serikat, Cina,

dan Uni Soviet untuk tidak ikut campur. Serta penarikan seluruh personel militer Vietnam dari Kamboja. Saran ini bukan hanya sekedar perkataan. Pada Juli 1988, Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting untuk melibatkan berbagai pihak di konflik Kamboja dan Vietnam. Dan beberapa tahun kemudian, Vietnam menarik seluruh pasukannya dari Kamboja. Perdana Menteri Kambodia yang baru, yakni Hun Sen, mulai mengejar kebijakan-kebijakan yang berlainan daripada sosialisme. Selain itu, Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar akan suatu saat menjadi anggota ASEAN, dan akan taat terhadap prinsip-prinsip yang tidak akan mencampuri urusan internal negara lain. Pada akhirnya, ancaman komunisme yang ditakutkan Indonesia tidak terjadi. Namun hal ini bukan berarti keamanan yang dicapai tidak tanpa korban jiwa. Di Timor, Kamboja, Laos dan Vietnam, banyak korban jiwa termasuk warga cipil berjatuhan. Sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat mengenaskan. Luka yang tertinggal dari keluarga terpisah, rumah yang harus ditinggalkan, dan masa depan yang sirna dapat dirasakan sampai sekarang. Tapi, bagi para pemimpin pada kala itu, tragedi ini hanya satu dari banyak keputusan yang harus diambil. Bagi mereka, kepentingan nasional selalu berada di atas perikemanusiaan. Bahkan, tragedi ini adalah buah dari persaingan antar negara komunis dan strategi blok Barat yang dengan mudah memecah-belah mereka.


Ketika Indonesia Melawan Komunisme di Asia Als Indonesien den Kommunismus in Asien bekämpfte When Indonesia Fought Communism in Asia Cuando Indonesia luchó contra el comunismo en Asia Quand l'Indonésie combattait le communisme en Asie インドネシアがアジアで共産主義と戦ったとき Когда Индонезия боролась с коммунизмом в Азии

1975. 1975.

Mungkin merupakan tahun A very dangerous year for Indonesia. yang sangat berbahaya bagi Indonesia. which is very dangerous for Indonesia. 10 tahun setelah Indonesia menumpas PKI pada 30 September, 10 years after Indonesia crushed the PKI on September 30, ancaman akan menyusupnya kembali communist threats of re-infiltration emerge gerakan-gerakan komunisme communism movements tumbuh di sekeliling Indonesia. all around Indonesia. Di bagian tenggara Indonesia, To Indonesia's southeast, Timor Timur sedang menjalankan proses East Timor is undergoing decolonization dekolonisasi dari Portugal. decolonization from Portugal.

Di bagian utara, militer Amerika semakin dikalahkan the American military is being pushed back di Vietnam, Kamboja dan Laos in Vietnam, Cambodia and Laos, yang dengan sendirinya menegakkan who all uphold communist ideologies in the region. ideologi komunisme di kawasan tersebut. communism in the region. Apabila Indonesia lengah, If Indonesia is indifferent, negara-negara ini dapat menjadi markas these countries could become bases bagi simpatisan komunime di Indonesia. for communist sympathizers in Indonesia. Atau lebih parah lagi, dapat berkolaborasi Or worse, become collaborators untuk memulai gerakan komunisme to spark communist campaigns di Indonesia, Malaysia, Singapura in Indonesia, Malaysia, Singapore hingga akhirnya seluruh Asia. and perhaps, all of Asia. Lantas, bagaimana Indonesia dapat menghentikan So how could Indonesia stop the spread penyebaran komunisme di seluruh Asia Tenggara?

(Melawan Komunisme di Asia) (Fighting Communism in Asia)

Semenjak 1940-an, Starting in the 1940's satu persatu negara di Asia Tenggara countries in Southeast Asia memperoleh kemerdekaannya. began gaining their independence. Tentunya, mereka harus segera memilih With this, they needed to choose ideologi serta bentuk negara masing-masing. what ideology and structure their countries would take. Di sini, mereka diberikan dua pilihan There were two main choices oleh negara besar lainnya. that were backed by other major powers. Antara mengikuti ideologi komunisme Either follow a communist ideology seperti Uni Soviet atau Republik Rakyat Cina, similar to the Soviet Union or the People's Republic of China,

(♪ pidato oleh Nikita Khruschev ♪) (♪ speech by Nikita Khruschev ♪)

Atau mengadopsi demokrasi dan liberalisme, Or adopt democracy and liberalism ala Barat. like the West.

(♪ pidato oleh John F. Kennedy ♪) (♪ speech by John F. Kennedy ♪)

Pada akhirnya, In the end, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand Indonesia, Malaysia, Singapore, the Philippines and Thailand memutuskan bahwa komunisme decided that communism bukanlah ideologi yang tepat. was not the right ideology. Bahkan, merupakan sebuah ancaman. Rather, it was a threat. Kelima negara tersebut pun membentuk These five countries also formed the Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Association of Southeast Asian Nations, atau yang kita sebut sebagai ASEAN di tahun 1967. also known as ASEAN, in 1967. Tujuan dari organisasi tersebut adalah The aims of the organization are: untuk mempercepat pembangunan ekonomi, to accelerate economic growth, menjaga keamanan dan kestabilan kawasan, maintain regional security and stability, dan memperkuat kerja sama antar anggota. and strengthen cooperation between members. Kerja sama ini diharapkan Such cooperation was hoped untuk mempercepat pembangunan to increase development dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. and improve community welfare. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi seseorang If successful, there would be no reason untuk mengikuti kelompok-kelompok komunis for someone to join communist groups yang mengklaim akan memperjuangkan that claim to fight for people's welfare. kesejahteraan bagi kala yang banyak. prosperity for many. Bukan hanya itu, Not only that, negara anggota ASEAN juga berjanji ASEAN member countries also promised untuk tidak mencampuri urusan internal satu sama lain. to steer clear of other members' internal issues. Hanya saja, However, prinsip keanggotaan ASEAN masih terlalu minim. these ASEAN principles were not enough. Pasalnya, ketika ini semua terjadi, Because in the midst of all this, terdapat dua kawasan yang tidak tersentuh pada prinsip-prinsip ini. two regions remained untouched by these principles.

Di Timor bagian timur, Eastern Timor for instance, daerah ini masih dikuasai oleh Portugal, was still controlled by Portugal dan tidak terlalu terlibat and not too involved with Jakarta events. dalam peristiwa-peristiwa Jakarta. in the events of Jakarta. Sedangkan di Indochina, In Indochina, Vietnam was trying Vietnam tengah berupaya Vietnam is making efforts untuk mempersatukan Kambodia dan Laos to unite Cambodia and Laos dalam sebuah konfederasi komunisme. into a Communist Confederation.

Namun, However, Vietnam ditentang oleh salah satu faksi Vietnam was opposed by a faction dari partai komunis di Kamboja of the communist party in Cambodia yang dipimpin oleh Pol Pot. led by Pol Pot. Pasalnya, This faction was worried that Vietnam mereka khawatir bahwa Vietnam they worry that Vietnam akan menjajah Kamboja would colonize Cambodia as France did. layaknya Perancis menjajah mereka dulu. like the French colonized them first. Pada tahun 1975, In 1975, Pol Pot berhasil mengambil kekuasaan Kamboja Pol Pot took control of Cambodia dari jenderal Lon Nol yang sebelumnya from General Lon Nol who previously melakukan kudeta terhadap Pangeran Sihanouk. carried out a coup against Prince Sihanouk. Posisi Pol Pot Pol Pot's position diperkuat dengan amarah masyarakat was reinforced by public anger terhadap Amerika Serikat towards the United States dan pemerintahan Lon Nol yang berkolaborasi and towards Lon Nol's collaboration dan menjatuhkan ribuan bom di Kamboja. with the US in bombing Cambodia. Meski sama-sama komunis, Although both parties were communist, Pol Pot memiliki perselisihan dengan Vietnam Pol Pot did not trust Vietnam yang dianggapnya hendak menjajah kembali Kamboja. as he believed they wanted to colonize Cambodia. Sementara di Timur, Meanwhile in the East, situasi serupa mulai terjadi. a similar situation began to occur. Portugal mulai bekerja untuk melepaskan Portugal was relinquishing control jajahannya di Timor dan Mozambik of its colonies in Timor and Mozambique setelah partai komunis Portugal after the Portuguese Communist Party mengambil alih pemerintahan di tahun 1974. took over the government in 1974.

Beberapa aktivis beraliran kiri Some leftist activists mulai datang kembali ke Timor Timur began returning to East Timor dan membentuk partai pro-kemerdekaan and formed a pro-independence party yang beraliran maoisme. under a Maoist ideology. Partai ini bernama This party was called Fretilin. Fretilin. Pada pemilihan umum yang diprakarsai oleh Portugal, In the general election initiated by Portugal, Fretilin mendapat suara mayoritas. Fretilin received the majority vote. Sementara partai pro-integrasi, APODETI, The pro-integration party, APODETI, berada di urutan ketiga. was in third place.

(Ramos Horta: Kami bukanlah partai komunis) (Ramos Horta: We are not a communist party)

Pada tanggal 5 Juli 1975, On July 5th 1975, Presiden Soeharto bertemu dengan President Soeharto met with Presiden Amerika Serikat, the President of the United States, Gerald Ford. Gerald Ford. Dalam pertemuan tersebut, During the meeting, mereka mendiskusikan strategi they discussed strategies untuk menjaga keamanan di Asia Tenggara. for maintaining security in Southeast Asia. Berdasarkan percakapan dari pertemuan tersebut, Based on these conservations, Presiden Soeharto menyatakan bahwa President Soeharto stated that kemenangan Vietnam dan Kamboja disebabkan Vietnam's and Cambodia's victories were caused oleh fanatisme ideologi komunis by fanaticism over communist idologies. yang dapat disebarkan untuk mendorong These could be spread to encourage gerakan komunisme serupa di mana saja, similar communist movements anywhere, tanpa memerlukan kekuatan militer yang kuat. without needing a strong military force. Selain itu, Apart from that, Presiden Soeharto juga menyampaikan President Soeharto also expressed pandangannya mengenai situasi Timor. his views on the situation in Timor. Menurutnya, According to him, gerakan kemerdekaan di Timor Timur the independence movement in East Timor sangat dipengaruhi oleh ideologi komunisme was heavily influenced by communist ideologies, yang juga mensupresi pihak yang pro-Indonesia. and suppressed pro-Indonesian parties. Kembali lagi mereka bertemu di Jakarta. Again they met in Jakarta. Kal ini, This time, strategi dari kedua negara tersebut menjadi jelas. the two countries' strategies became clear. Untuk situasi di Indochina, For the situation in Indochina, Amerika Serikat, Thailand dan Republik Rakyat Cina the United States, Thailand and the People's Republic of China akan mendukung rezim Pol Pot supported Pol Pot's regime unutk menghadang ambisi Vietnam. in order to block Vietnam's ambitions, Mesikpun pemerintahan tersebut telah melakukan even though Pol Pot's government committed genosida terhadap masyarakatnya sendiri. genocide against its own people. Sedangkan bagi masalah Timor, As for the Timor issue, Presiden Soeharto mengungkapkan President Soeharto took to situasi yang semakin genting, the increasingly precarious situation dan hendak meminta: and decided to ask for: Pengertian dari pihak Amerika Serikat Understanding from the United States apabila Indonesia mengambil langkah drastis. if Indonesia took drastic steps in the conflict. Pada dasranya, Essentially, Indonesia merasa bahwa operasi militer Indonesia felt that military action was justified tidak terelakkan demi menjaga keutuhan wilayah in order to maintain territorial integrity dan menjaga keamanan Indonesia dari komunisme. Dan hal ini, and to protect Indonesia from communism. didukung oleh Amerika Serikat. And all of this

(Pembawa berita: Desember 1975.) was in turn supported by the United States.

Beberapa hari kemudian, (News anchor: December 1975.) Indonesia mulai menyerang A few days later, dan menduduki Timor Timur dalam Operasi Seroja. Indonesia began to attack and occupy Dalam situasi ini, In this situation, seluruh anggota ASEAN, terutama Malaysia, During this event, memberikan dukungan diplomatik all ASEAN members, especially Malaysia, pada kebijakan Indonesia. provided diplomatic support to Indonesia. Pasalnya, Because, mereka sendiri juga pernah melawan The reason? gerakan komunisme dalam negara mereka sendiri. They themselves had fought Namun, pada tahun 1978, communist movements in their own countries. Vietnam menginvasi Kamboja However, in 1978, dan dengan sendirinya melebarkan pengaruhnya Vietnam invaded Cambodia di seluruh Asia. and expanded its influence throughout Asia. Tampaknya, rencana mereka telah gagal. Indonesia beserta ASEAN khawatir bahwa Vietnam Apparently, their plan had failed. dapat melatih kadar komunis can train communist levels yang dapat dikirim ke negara-negara lain. could train communist forces Meskipun demikian, which could be sent to neighboring countries. menggunakan aset-aset militer However, untuk mengalahkan Vietnam sangatlah mustahil. using military assets to defeat Vietnam 0:08:33.059,1193:02:47.295 Indonesia and ASEAN were worried that Vietnam Karena Vietnam sudah lebih berpengalaman dalam berperang. Because Vietnam is more experienced in war. Menggunakkan cara-cara diplomatik pun Vietnam had much more experience in war. harus berhati-hati. Still, even diplomatic efforts warranted caution. Pasalnya, apabila Indonesia terlalu mengkritik Vietnam secara terbuka, Because, Vietnam dapat mengembalikan kritikan ini if Indonesia criticized Vietnam too openly, dengan mengungkit operasi militer Indonesia di Timor Timur. Vietnam could easily return this criticism Indonesia serta ASEAN melakukan berbagai cara. by bringing up Indonesia's military actions in East Timor. Dari mencegah pemerintahan pro-Vietnam Indonesia and ASEAN tried a number of avenues. untuk mendapatkan kursi di PBB, From preventing pro-Vietnam governments mendirikan pemerintahan Kamboja di luar negeri, from gaining seats at the United Nations, serta menampung pengungsi yang melarikan diri. to establishing a Cambodian government abroad Pada akhirnya, and accommodating refugees who fled. Indonesia dan Malaysia kembali lagi Ultimately, menyarankan sebuah ide yang tercantum Indonesia and Malaysia suggested another idea, dalam Prinsip Kuantan. in the Quantan Principle. Di dalamnya, Inside it, Presiden Soeharto dan Datuk Hussein Onn In it, berpendapat bahwa solusi bagi permasalahan Kamboja President Soeharto and Datuk Hussein Onn harus bersifat politis dan bukan militer. argued that any solution to the Cambodia issue Selain itu, should be of political nature, not military. Vietnam harus bisa menjadi negara netral In addition, agar tidak didikte oleh kekuasaan lain. Vietnam must become a neutral country Mendorong negara-negara besar seperti: so as not to be dictated by other powers. Amerika Serikat, They encouraged major powers such as: Cina, the United States,

dan Uni Soviet China untuk tidak ikut campur. and the Soviet Union Serta penarikan seluruh personel militer Vietnam dari Kamboja. to not interfere, Saran ini bukan hanya sekedar perkataan. along with the withdrawal of all Vietnamese military from Cambodia. Pada Juli 1988, These suggestions were not just mere words. Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting In July 1988, untuk melibatkan berbagai pihak Indonesia organized the Jakarta Informal Meeting di konflik Kamboja dan Vietnam. to bring together the different parties Dan beberapa tahun kemudian, involved in the Cambodia and Vietnam conflict. Vietnam menarik seluruh pasukannya dari Kamboja. And a few years later, Perdana Menteri Kambodia yang baru, Vietnam withdrew all its troops from Cambodia. yakni Hun Sen, The new Prime Minister of Cambodia, mulai mengejar kebijakan-kebijakan Hun Sen, yang berlainan daripada sosialisme. began to pursue policies Selain itu, different from that of socialism. Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar In addition, akan suatu saat menjadi anggota ASEAN, Vietnam, Cambodia, Laos and Myanmar dan akan taat terhadap prinsip-prinsip would become members of ASEAN, yang tidak akan mencampuri urusan internal negara lain. and they too would adhere to the principles Pada akhirnya, of not interfering in other members' internal affairs. ancaman komunisme yang ditakutkan Indonesia In the end, tidak terjadi. the communism threat that so alarmed Indonesia Namun hal ini bukan berarti keamanan yang dicapai tidak tanpa korban jiwa. did not happen. Di Timor, Kamboja, Laos dan Vietnam, However, this did not mean banyak korban jiwa termasuk warga cipil berjatuhan. that security was achieved without casualties. Sebuah tragedi kemanusiaan In Timor, Cambodia, Laos and Vietnam, yang sangat mengenaskan. many people, including civilians, died. Luka yang tertinggal dari keluarga terpisah, It was by all means, a human tragedy. rumah yang harus ditinggalkan, the house to be left behind, dan masa depan yang sirna The wounds left by family separation, dapat dirasakan sampai sekarang. abandoned homes, Tapi, and lost futures, bagi para pemimpin pada kala itu, can still be felt today. tragedi ini hanya satu However, dari banyak keputusan yang harus diambil. for the leaders that day, Bagi mereka, kepentingan nasional this tragedy was only one selalu berada di atas perikemanusiaan. of many options they needed to weigh. Bahkan, For them, national interest tragedi ini adalah buah dari persaingan trumped humanistic values. antar negara komunis In fact, dan strategi blok Barat this tragedy was the fruit borne of competition yang dengan mudah memecah-belah mereka. between communist countries