×

We use cookies to help make LingQ better. By visiting the site, you agree to our cookie policy.


image

Hipotesa, Kenapa WHO Gagal Menangani Corona? | Sejarah dan Struktur WHO

Kenapa WHO Gagal Menangani Corona? | Sejarah dan Struktur WHO

Akhir-akhir ini, Badan Kesehatan Dunia atau WHO, mendapat banyak kritikan karena dianggap gagal menangani COVID-19. Presiden AS Donald Trump: WHO salah total. Mereka sangat salah. Mereka menganggap remeh ancaman ini. Pembawa berita: Jepang mengkritik WHO karena dianggap membungkuk ke Cina dan mengecualikan Taiwan. Pada bulan Juni 2020, tercatat terdapat lebih dari 8 juta orang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia. Namun, apakah fungsi dan batasan dari WHO? Dan kenapa, meskipun memiliki berbagai pengalaman, WHO gagal dalam membendung penyebaran COVID-19? Badan kesehatan dunia dibentuk pada tahun 1948 demi menjalin kerjasama antar-negara dalam bidang kesehatan maupun kebersihan. Sebagai agensi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WHO memiliki peran yang sangat signifikan akan tetapi peran ini tidak datang begitu saja. Melainkan melalui sejarah yang panjang dan tragis. Kesehatan memang sering dianggap sebagai masalah sampingan dalam isu global. Namun, sejarah menunjukan bahwa penyebaran penyakit cenderung membunuh lebih banyak manusia dibandingkan peperangan. Sejak dulu, Penyakit menyebar seperti Cholera, Tifus, Campak, dan masih banyak lagi juga memakan korban yang tidak sedikit.

Di tahun 1918, sebuah penyakit flu yang sering disebut sebagai flu Spanyol menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Pada akhirnya, penyakit ini membunuh kurang lebih 50 juta korban di akhir Perang Dunia I. Di saat dunia menganggap 17 juta korban jiwa akibat Perang Dunia 1 merupakan hal yang tragis, penyakit flu yang awalnya dianggap sepele ini justru menghabisi 3 kali lebih banyak nyawa. Belajar dari tragedi tersebut, Liga Bangsa-Bangsa membentuk League of Nations Health Organization (LNHO) pada tahun 1922 dengan tujuan untuk mengontrol dan mencegah penyebaran penyakit. Mereka melakukan ini dengan mengembangkan sistem peringatan dini. Jadi apabila ada satu negara anggota yang mengalami penyakit menyebar, mereka dapat mengabari LBB. LBB kemudian memberikan peringatan kepada negara anggota lain tentang cara-cara bagaimana mereka dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi penyakit tersebut. LBB kemudian akan memberikan bantuan teknis untuk melawan penyakit tersebut dengan mengirim tim ahli. Selain itu, LNHO terus melakukan riset dan membangun kerjasama dengan berbagai institusi baik pemerintahan maupun non-pemerintahan.

WHO bisa dikatakan adalah kelanjutan dari organisasi ini. Untuk mencegah menyebarnya suatu penyakit, WHO harus terlebih dahulu menerima laporan dari salah satu anggotanya, mengirim tim ahli untuk memberikan bantuan bagi negara anggota yang terkena dampak, dan berkoordinasi dengan negara anggota lain untuk mencegah penyebaran lebih jauh. Memang, kedaulatan negara merupakan hal yang penting. Akan tetapi, WHO bukanlah sebuah rumah sakit raksasa, WHO hanya bekerja sebagai koordinator. Dan itu artinya, keberhasilan WHO sangat bergantung pada komitmen dan keterbukaan anggota-anggotanya. Apabila ada anggota yang menutupi sebuah penyakit menyebar, WHO tidak akan dapat memperingati anggota lain dalam waktu yang tepat dan justru memperluas penyakit yang ada. Atau, apabila WHO terlambat menyebarkan informasi yang diterima dari negara anggota, atau menyebarkan informasi yang salah, hal tersebut dapat berubah menjadi lebih fatal. Ambil contoh, tahun 2003. Pembawa berita: Meningkatnya kasus SARS. Panik meningkat di Hong Kong di mana virus baru menyebar di kota. Kementerian Kesehatan Republik Rakyat China melaporkan penyebaran kasus Pneumonia yang kemudian dinamakan sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Akan tetapi, Otoritas RRC memakan waktu yang terlalu lama sebelum mengklasifikasikan penyakit tersebut dengan potensi pandemik. Pembawa berita: Kritik mengatakan bahwa Cina memilih untuk menyelamatkan harga diri daripada menyelamatkan nyawa. Cina mengetahui tentang pandemik tersebut tetapi memilih menutupi informasi. WHO kemudian mengkoordinasikan Global Outbreak Alert and Response Network untuk memberikan bantuan tambahan bagi pemerintahan. Dalam waktu 4 bulan, penyebaran penyakit SARS dapat diberhentikan. Setelah kasus SARS, WHO menyadari bahwa mengandalkan kejujuran dari negara anggota saja tidaklah cukup. Di tahun 2005, para negara anggota menyetujui Revised Guideline on International Health Regulation. Peraturan ini pada dasarnya memberikan WHO lebih banyak kewenangan untuk memperingatkan negara anggota akan potensi penyakit menyebar sebelum mendapatkan persetujuan dari negara sumber penyakit tersebut. Untuk mencegah politisasi data, WHO juga berwenan dalam menyelidiki potensi penyakit menyebar menggunakan data-data non-pemerintahyang kredibel. Hal ini sangat membantu di tahun 2015, ketika kantor kawasan WHO di Afrika mendapat laporan akan penyebaran virus Ebola di Guinea. Seketika juga, WHO dapat lebih leluasa memobilisasi asetnya dan mengirim tim ke daerah yang terkena dampak Ebola khususnya di Liberia. Penyebaran Ebola menjadi tidak separah yang dulu. Banyak yang mengkritik WHO dalam kasus Ebola. Akan tetapi setidaknya, WHO berhasil membendung penyakit tersebut.

Lalu, apa yang terjadi pada kasus penyakit COVID-19? Dibandingkan dengan kasus sebelumnya, COVID-19 memakan jauh lebih banyak korban jiwa dan memakan waktu lebih lama untuk dibendung Di Amerika Serikat sendiri, jumlah korban jiwa akibat COVID-19 telah melebihi korban jiwa akibat Perang Korea, Vietnam, hingga Iraq. Semenjak WHO didirikan, misi organisasi tersebut semakin berkembang dari mencegah penyebaran penyakit hingga mencakup isu seperti obesitas, kecanduan, bahkan isu mengenai perubahan iklim dan kecelakaan lalu lintas. Tentunya dengan misi yang sangat luas tersebut, fokus dan prioritas WHO menjadi semakin….rancu.

Di tahun 2017, WHO melantik Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagai Direktur Jenderal. Sebagai pimpinan teratas, Tedros memilih untuk lebih mengutamakan peningkatan akses kesehatan pada masyarakat secara luas di atas dari kapasitas WHO dalam merespon wabah. Target yang sangat ambisius ini pun akhirnya terjerat masalah yang sangat genting, yaitu Anggaran Belanja yang terbatas. Anggaran WHO sangatlah kecil. Di tahun 2020 dan 2021, WHO hanya memiliki anggaran 5 miliar USD. Sebagai perbandingan, anggaran kesehatan nasional Australia, negara yang memiliki populasi 24.9 juta jiwa, bernilai 120 miliar USD. Pendanaannya pun berasal dari dua sumber utama. Pertama, seluruh anggotanya wajib memberikan iuran wajib untuk mendanai operasional WHO. Dana iuran ini dapat digunakan WHO dengan leluasa, sesuai dengan prioritas setiap Direktur Jendral. Kedua, WHO juga dapat menerima dana sukarela baik dari aktor negara maupun non-negara seperti yayasan atau perusahaan hingga organisasi internasional lain. Berbeda dengan iuran wajib, dana yang diberikan secara sukarela hanya boleh digunakan dalam aktivitas yang disetujui oleh donatur. Dan disinilah permasalahan WHO dimulai. Semenjak krisis finansial tahun 2008, WHO justru semakin bergantung pada dana sukarela daripada iuran wajib. Bahkan, kontribusi wajib dari negara anggota hanya mendukung 20% dari keseluruhan budget yang dimiliki oleh WHO, yakni 5 miliar USD. Sementara 80% dari dana WHO berasal dari dana sukarela. Hanya 20% anggaran yang diterima oleh WHO dapat digunakan sesuka mereka. Sedangkan 80% dari anggaran tersebut, harus digunakan untuk memenuhi kepentingan dari para donatur. Hal ini memberikan organisasi non-pemerintah seperti Bill & Melinda Gates Foundation, pengaruh yang signifikan dalam prioritas WHO. Dana sukarela dari Bill & Melinda Gates Foundation yang kini menjadi penyokong terbesar kedua di WHO, sebagian besar ditujukan untuk memberantas penyakit Polio. Akibatnya, pemberantasan polio merupakan prioritas utama dari WHO dengan 26.5% dari dana operasi WHO wajib dialokasikan untuk memberantas Polio. Sedangkan hanya 5.96% saja yang akan digunakan untuk merespon wabah tertentu. Sejak tahun 1980, Negara anggota WHO lebih memilih untuk memberikan sumbangan sukarela dibandingkan membayar iuran wajib untuk meluaskan pengaruh politiknya di organisasi tersebut. Kurangnya dana dan independensi, dan permainan politik. Tentunya alasan-alasan tersebut sangat menghambat kemampuan WHO dalam menangani COVID-19. Selain itu, kepemimpinan WHO yang cenderung lamban, semakin memperparah situasi. Di awal tahun 2020, Tiongkok sudah melaporkan pada WHO akan sebuah kasus pneumonia yang masih misterius di Wuhan, provinsi Hubei. Berdasarkan media nasional, Xinhua, penyakit ini memiliki kemungkinan menular dari manusia ke manusia lain. Sudah sepantasnya WHO memperingati dunia akan potensi berbahaya ini. Anehnya, WHO mengklaim pada tanggal 12 Januari, bahwa mereka menerima data yang menunjukan bahwa tidak ada kasus penularan dari manusia ke manusia. Data ini tentu menjadi rujukan bagi negara lain yang bergantung pada penjelasan dari WHO. Selain itu, pada tanggal 31 Desember 2019, Taiwan, Hong Kong dan Singapura mulai mengambil langkah preventif dengan memperketat pengawasan di bagian kedatangan internasional bandara masing-masing. Kembali lagi, WHO kembali mengatakan bahwa hal tersebut tidak terlalu diperlukan. Hingga akhir bulan Januari pun, WHO masih bersikeras bahwa segala upaya untuk menutup pintu kedatangan internasional tidak diperlukan, bahkan akan memperburuk penanganan COVID-19. Tedros: Tidak ada alasan untuk tindakan yang dapat menganggu perjalanan dan perdagangan internasional. Kementerian Luar Negeri Tiongkok pun sempat menuduh Amerika Serikat menyebarkan panik dan stigma buruk dengan kebijakannya. Pembawa berita: Sementara Cina memprotes tindakan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain yang melarang masuknya warga negara Cina. Geng Shuang: Kami menolak tindakan Amerika Serikat yang mencela Cina karena virus ini. Ironisnya, Republik Rakyat Tiongkok sendiri membatasi kedatangan warga asing di negaranya atas dasar mencegah penyebaran virus Corona. Dan kebijakan ini, tidak terlalu mendapat banyak kritikan dari WHO sendiri. Jauh dari koordinasi, WHO justru menimbulkan frustasi dari berbagai negara karena perilakunya yang tidak berani mengambil langkah tegas terhadap Tiongkok. WHO seakan mengabaikan wewenangnya untuk mengkritisi data yang diberikan Tiongkok dengan menggunakan sumber-sumber lain yang mengindikasikan pemalsuan data, represi kebebasan berbicara, dan lain-lain. RRC bahkan dilaporkan telah membungkam tenaga medis yang menyebarkan peringatan dini akan bahaya dari Virus Corona ini. Frustrasi dari Amerika Serikat pun semakin tidak terbendung. Presiden Trump: Hari ini saya memberitahukan administrasi untuk menghentikan pendanaan WHO. Karena korban jiwa COVID-19 di Amerika Serikat merupakan yang tertinggi di dunia. Presiden Donald Trump pun bergegas mengancam akan mengurangi bantuan finansial AS kepada WHO. Apabila Donald Trump berhasil mencabut dukungan finansial terhadap WHO, WHO akan semakin kesulitan dalam menanggapi kasus COVID-19. Akan tetapi sekarang pun, apakah WHO sudah berhasil?

Kenapa WHO Gagal Menangani Corona? | Sejarah dan Struktur WHO Warum hat es die WHO versäumt, sich mit Corona zu befassen? | Geschichte und Struktur der WHO Why Did WHO Fail to Handle Corona? | History and Structure of WHO ¿Por qué la OMS no se ocupó de Corona? | Historia y estructura de la OMS Pourquoi l'OMS n'a-t-elle pas réagi face à Corona ? Histoire et structure de l'OMS WHOはなぜコロナに対処できなかったのか|WHOの歴史と構造 Waarom slaagde de WHO er niet in Corona aan te pakken? | Geschiedenis en structuur van de WHO Dlaczego WHO nie poradziła sobie z koronawirusem? | Historia i struktura WHO Porque é que a OMS não conseguiu lidar com o Corona? | História e estrutura da OMS 世卫组织为何未能应对新冠疫情? |世界卫生组织的历史和结构 為什麼世衛組織未能應對新冠病毒? |世界衛生組織的歷史和結構

Akhir-akhir ini, Recently, Ultimamente, Badan Kesehatan Dunia atau WHO, the World Health Organization, or WHO, mendapat banyak kritikan karena dianggap gagal has received a lot of criticism for failing to handle COVID-19. menangani COVID-19. Presiden AS Donald Trump: WHO salah total. Mereka sangat salah. Mereka menganggap remeh ancaman ini. Pembawa berita: Jepang mengkritik WHO karena dianggap membungkuk ke Cina dan mengecualikan Taiwan. Pada bulan Juni 2020, deal with COVID-19. US President Donald Trump: WHO is totally wrong. They were so wrong. They underestimated this threat. Announcer: Japan criticizes WHO for bowing to China and excluding Taiwan. In June 2020, tercatat terdapat lebih dari (US President Donald Trump: WHO got it wrong.) 8 juta orang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia. (They got it very wrong.) Namun, (They also minimized the threat.) apakah fungsi dan batasan dari WHO? (Anchor: Japan blasted the World Health Organization) Dan kenapa, (for bowing to China) meskipun memiliki berbagai pengalaman, (and excluding Taiwan.) WHO gagal dalam membendung penyebaran COVID-19? By June 2020, Badan kesehatan dunia more than 8 million people contracted COVID-19 worldwide. dibentuk pada tahun 1948 formed in 1948 demi menjalin kerjasama antar-negara However, dalam bidang kesehatan maupun kebersihan. what are the functions and limitations of the WHO? Sebagai agensi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), And why -- despite its many experiences -- WHO memiliki peran yang sangat signifikan WHO has a very significant role akan tetapi peran ini tidak datang begitu saja. did the WHO fail to contain the spread of COVID-19? No entanto, este papel não é fácil. Melainkan melalui sejarah yang panjang dan tragis. The world health agency Pelo contrário, tem uma longa e trágica história. Kesehatan memang sering dianggap was formed in 1948 sebagai masalah sampingan dalam isu global. to establish cooperation between countries Namun, in the fields of health and hygiene. sejarah menunjukan bahwa penyebaran penyakit As a specialized agency of the United Nations, cenderung membunuh lebih banyak manusia WHO played a very significant role, dibandingkan peperangan. one that didn't just appear out of thin air. Sejak dulu, Rather it was born from a long history of tragedy. Penyakit menyebar seperti Cholera, Health is often treated as secondary in global issues. Tifus, Campak, However, dan masih banyak lagi history shows that diseases tend to kill more people juga memakan korban yang tidak sedikit. also took a large number of casualties.

Di tahun 1918, than war. sebuah penyakit flu Historically, yang sering disebut sebagai contagious diseases such as Cholera, flu Spanyol Typhus, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Measles, Pada akhirnya, and many more penyakit ini membunuh kurang lebih claimed massive amounts of lives. 50 juta korban di akhir Perang Dunia I. In 1918, Di saat dunia menganggap a type of influenza 17 juta korban jiwa akibat Perang Dunia 1 often referred to as merupakan hal yang tragis, the Spanish flu, penyakit flu yang awalnya dianggap sepele ini spread through Europe and the Americas. justru menghabisi 3 kali lebih banyak nyawa. In the end, Belajar dari tragedi tersebut, the disease killed approximately Liga Bangsa-Bangsa membentuk 50 million people at the end of World War I. League of Nations Health Organization (LNHO) While the world considered pada tahun 1922 dengan tujuan untuk World War One's 17 million casualties to be tragic, mengontrol dan mencegah penyebaran penyakit. Mereka melakukan ini dengan the flu that was initially considered trivial, mengembangkan sistem peringatan dini. ended up taking 3x as many lives. Jadi apabila ada satu negara anggota Learning from this tragedy, yang mengalami penyakit menyebar, the League of Nations formed mereka dapat mengabari LBB. the League of Nations Health Organization (LNHO) in 1922, LBB kemudian memberikan peringatan kepada negara anggota lain tentang cara-cara bagaimana This was done by developing an early warning system. mereka dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi penyakit tersebut. Where if a member country LBB kemudian akan memberikan bantuan teknis experienced a sudden spread of disease, untuk melawan penyakit tersebut they could notify the League of Nations. dengan mengirim tim ahli. The League then gave warnings Selain itu, to other member countries LNHO terus melakukan riset about how to best prepare themselves dan membangun kerjasama dengan berbagai institusi baik pemerintahan maupun non-pemerintahan. in facing the disease.

WHO bisa dikatakan The League would also give technical aid adalah kelanjutan dari organisasi ini. to fight the disease by sending a team of experts. Untuk mencegah menyebarnya suatu penyakit, To prevent the spread of a disease, WHO harus terlebih dahulu In addition, menerima laporan dari salah satu anggotanya, the LNHO continued to conduct research mengirim tim ahli untuk memberikan bantuan and build collaborations with various institutions, bagi negara anggota yang terkena dampak, both governmental and non-governmental. dan berkoordinasi dengan negara anggota lain The WHO can be seen as a continuation of this organization. untuk mencegah penyebaran lebih jauh. Memang, kedaulatan negara merupakan hal yang penting. To prevent global transmission of a disease, Akan tetapi, WHO bukanlah the WHO must first receive a report from a member country, sebuah rumah sakit raksasa, WHO hanya bekerja sebagai koordinator. send a team of experts to assist affected countries Dan itu artinya, keberhasilan WHO sangat bergantung pada and coordinate with other countries to prevent further spread. komitmen dan keterbukaan anggota-anggotanya. commitment and openness of its members. Apabila ada anggota yang As such, state sovereignty is crucial. menutupi sebuah penyakit menyebar, But it must be said that WHO is not a giant hospital. WHO tidak akan dapat memperingati anggota lain dalam waktu yang tepat Instead, WHO only works as a coordinator. dan justru memperluas penyakit yang ada. And that means, Atau, WHO's success is highly dependent apabila WHO terlambat menyebarkan informasi on the commitment and transparency of its members. yang diterima dari negara anggota, If member countries cover up knowledge of a disease, atau menyebarkan informasi yang salah, hal tersebut dapat berubah menjadi lebih fatal. the WHO would not be able to warn others in a timely manner, Ambil contoh, tahun 2003. Pembawa berita: Meningkatnya kasus SARS. Panik meningkat di Hong Kong di mana virus baru menyebar di kota. Kementerian Kesehatan Republik Rakyat China Take, for example, the year 2003. News anchor: Rising cases of SARS. Panic is rising in Hong Kong where a new virus is spreading in the city. Ministry of Health of the People's Republic of China melaporkan penyebaran kasus Pneumonia resulting in a worsening crisis. yang kemudian dinamakan sebagai Or if the WHO is late Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Akan tetapi, Otoritas RRC memakan waktu yang terlalu lama or if the WHO inadvertently spread misinformation, sebelum mengklasifikasikan penyakit tersebut it would be doing more harm than good. dengan potensi pandemik. Pembawa berita: Kritik mengatakan bahwa Cina memilih untuk menyelamatkan harga diri daripada menyelamatkan nyawa. Cina mengetahui tentang pandemik tersebut tetapi memilih menutupi informasi. WHO kemudian mengkoordinasikan Take for instance, the events of 2003. Global Outbreak Alert and Response Network (News anchor: There is a rise in SARS.) untuk memberikan bantuan tambahan bagi pemerintahan. (Panic grips Hong Kong) Dalam waktu 4 bulan, (because a deadly new virus) penyebaran penyakit SARS dapat diberhentikan. (sweeps through the city.) Setelah kasus SARS, The Ministry of Health of the People's Republic of China (PRC) WHO menyadari reported a rapid spread of pneumonia cases, bahwa mengandalkan kejujuran dari later known as: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). negara anggota saja tidaklah cukup. Member states alone are not enough. Di tahun 2005, However, the PRC authorities took too long para negara anggota menyetujui member states agree Revised Guideline on International Health Regulation. in classifying the disease as having pandemic potential. Peraturan ini pada dasarnya This regulation basically memberikan WHO lebih banyak kewenangan (News anchor: China -- say its critics --) untuk memperingatkan negara anggota (China chose to save face) akan potensi penyakit menyebar (rather than save lives.) sebelum mendapatkan persetujuan (The Chinese knew about the outbreak) dari negara sumber penyakit tersebut. (but ordered silence.) Untuk mencegah politisasi data, The WHO then coordinated WHO juga berwenan the Global Outbreak Alert and Response Network dalam menyelidiki potensi penyakit menyebar to provide additional assistance to affected countries. menggunakan data-data non-pemerintahyang kredibel. Within 4 months, Hal ini sangat membantu di tahun 2015, the spread of SARS was stopped successfully. ketika kantor kawasan WHO di Afrika After the SARS case the WHO realized mendapat laporan akan penyebaran virus Ebola di Guinea. Seketika juga, that relying on member countries' honesty was insufficient. WHO dapat lebih leluasa memobilisasi asetnya dan mengirim tim In 2005, member countries approved ke daerah yang terkena dampak Ebola khususnya di Liberia. the Revised Guideline on International Health Regulation. Penyebaran Ebola menjadi tidak separah yang dulu. This regulation essentially gave the WHO more authority Banyak yang mengkritik WHO dalam kasus Ebola. to warn member countries on possible pandemics Akan tetapi setidaknya, WHO berhasil membendung penyakit tersebut. before getting approval from the disease's country of origin.

Lalu, apa yang terjadi pada kasus penyakit COVID-19? Dibandingkan dengan kasus sebelumnya, To prevent data politicization, COVID-19 memakan jauh lebih banyak korban jiwa the WHO also authorized the ability dan memakan waktu lebih lama untuk dibendung Di Amerika Serikat sendiri, using credible non-governmental data. jumlah korban jiwa akibat COVID-19 This was especially helpful in 2015, telah melebihi korban jiwa akibat when the WHO's regional office in Africa Perang Korea, Vietnam, hingga Iraq. received reports on the spread of the Ebola virus in Guinea. Semenjak WHO didirikan, Without delay, misi organisasi tersebut semakin berkembang the WHO could freely mobilize its assets and send teams dari mencegah penyebaran penyakit hingga mencakup isu seperti to areas affected by Ebola, obesitas, especially in Liberia. kecanduan, As such, the spread of Ebola was not as severe as in the past. bahkan isu mengenai perubahan iklim Many criticized the WHO during the Ebola efforts. dan kecelakaan lalu lintas. Tentunya dengan misi yang sangat luas tersebut, But at the very least, fokus dan prioritas WHO the WHO managed to stem the disease. menjadi semakin….rancu. So then what happened with the response to COVID-19?

Di tahun 2017, Compared to previous cases, WHO melantik Tedros Adhanom Ghebreyesus COVID-19 has claimed far more lives sebagai Direktur Jenderal. and has taken much longer to contain. Sebagai pimpinan teratas, In the United States itself, Tedros memilih untuk lebih mengutamakan COVID-19 fatalities have exceeded the death tolls peningkatan akses kesehatan pada masyarakat secara luas di atas dari kapasitas WHO dalam merespon wabah. of the Korean, Vietnam, and Iraq Wars. Target yang sangat ambisius ini pun Since the WHO was founded, akhirnya terjerat masalah yang sangat genting, the organization's mission has grown yaitu Anggaran Belanja yang terbatas. from preventing the spread of diseases Anggaran WHO sangatlah kecil. to addressing issues such as Di tahun 2020 dan 2021, obesity, WHO hanya memiliki anggaran addiction, 5 miliar USD. climate change, Sebagai perbandingan, and even traffic accidents. anggaran kesehatan nasional Australia, Of course with these broad missions, negara yang memiliki populasi 24.9 juta jiwa, the WHO's focus and priorities bernilai 120 miliar USD. have become increasingly Pendanaannya pun berasal dari dua sumber utama. ... muddled Pertama, In 2017, seluruh anggotanya wajib memberikan iuran wajib the WHO appointed Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk mendanai operasional WHO. as Director General. Dana iuran ini dapat digunakan WHO dengan leluasa, As leader in charge, sesuai dengan prioritas setiap Direktur Jendral. Tedros chose to prioritize Kedua, improving health access in communities WHO juga dapat menerima dana sukarela above the WHO's capacity to respond to potential outbreaks. baik dari aktor negara maupun non-negara Such an ambitious target eventually hit a major roadblock, seperti yayasan atau perusahaan hingga organisasi internasional lain. which was the WHO's limited budget. Berbeda dengan iuran wajib, The WHO's budget is incredibly small. dana yang diberikan secara sukarela In 2020 and 2021, hanya boleh digunakan dalam aktivitas the WHO only had a budget of yang disetujui oleh donatur. 5 billion USD. Dan disinilah permasalahan WHO dimulai. In comparison, Semenjak krisis finansial tahun 2008, Australia's national health budget, WHO justru semakin bergantung a country with a population of 24.9 million people, pada dana sukarela daripada iuran wajib. is 120 billion USD. Bahkan, kontribusi wajib dari negara anggota Funding also comes from two main sources. hanya mendukung 20% dari keseluruhan budget Firstly, yang dimiliki oleh WHO, all members must provide mandatory contributions yakni 5 miliar USD. to fund WHO operations. Sementara 80% dari dana WHO WHO can use this contribution fund freely, berasal dari dana sukarela. according to the priorities of each Director General. Hanya 20% anggaran yang diterima oleh WHO Secondly, dapat digunakan sesuka mereka. the WHO also receives donations Sedangkan 80% dari anggaran tersebut, from both state and non-state actors, harus digunakan untuk memenuhi such as foundations, companies or international organizations. kepentingan dari para donatur. Hal ini memberikan organisasi non-pemerintah Unlike member countries' mandatory contributions, seperti Bill & Melinda Gates Foundation, donations provided voluntarily pengaruh yang signifikan dalam prioritas WHO. may only be used in activities approved by their donors. Dana sukarela dari Bill & Melinda Gates Foundation yang kini menjadi penyokong terbesar kedua di WHO, And this is where WHO's problems begin. sebagian besar ditujukan Since the 2008 financial crisis, untuk memberantas penyakit Polio. the WHO has relied more and more Akibatnya, pemberantasan polio on voluntary donations rather than mandatory contributions. merupakan prioritas utama dari WHO In fact, mandatory contributions from member countries dengan 26.5% dari dana operasi WHO only make up 20% of WHO's total budget, wajib dialokasikan untuk memberantas Polio. Sedangkan hanya 5.96% saja amounting to 5 billion USD. yang akan digunakan untuk merespon wabah tertentu. While 80% of WHO funding comes from voluntary donations. Sejak tahun 1980, Negara anggota WHO lebih memilih Only 20% of the budget received by the WHO untuk memberikan sumbangan sukarela can be used in any way they see fit. dibandingkan membayar iuran wajib Meanwhile, 80% of WHO's budget untuk meluaskan pengaruh politiknya di organisasi tersebut. must be used to fulfill donors' interests. Kurangnya dana dan independensi, dan permainan politik. This gives non-governmental organizations, Tentunya alasan-alasan tersebut such as the Bill & Melinda Gates Foundation sangat menghambat kemampuan WHO significant leverage in WHO priorities. dalam menangani COVID-19. Voluntary funding from the Bill & Melinda Gates Foundation, Selain itu, which is now the second largest supporter of the WHO, kepemimpinan WHO yang cenderung lamban, is mostly aimed at eradicating polio. semakin memperparah situasi. Di awal tahun 2020, As a result, polio eradication is a top priority for WHO, Tiongkok sudah melaporkan pada WHO akan sebuah kasus pneumonia yang masih misterius with 26.5% of operational funds allocated to eradicate polio. di Wuhan, provinsi Hubei. Berdasarkan media nasional, Xinhua, Meanwhile, only 5.96% penyakit ini memiliki kemungkinan menular will be used to respond to disease outbreaks. dari manusia ke manusia lain. Since 1980, Sudah sepantasnya WHO memperingati dunia WHO member states have preferred to make akan potensi berbahaya ini. voluntary donations rather than paying mandatory dues. Anehnya, WHO mengklaim pada tanggal 12 Januari, This helps expand their political agenda and influence in WHO. bahwa mereka menerima data yang menunjukan Lack of funds and independence bahwa tidak ada kasus penularan dari manusia ke manusia. and political games... Data ini tentu menjadi rujukan ... are all realities that greatly hinder WHO's ability bagi negara lain yang bergantung pada penjelasan dari WHO. to deal with COVID-19. Selain itu, pada tanggal 31 Desember 2019, In addition, WHO's leadership tends to act slowly, Taiwan, Hong Kong exacerbating the situation. dan Singapura In early 2020, mulai mengambil langkah preventif China reported to the WHO dengan memperketat pengawasan a mysterious growth of pneumonia di bagian kedatangan internasional bandara masing-masing. in Wuhan, Hubei province. Kembali lagi, According to the national media outlet, Xinhua, WHO kembali mengatakan bahwa hal tersebut this disease had the possibility of transmitting tidak terlalu diperlukan. from human to human. Hingga akhir bulan Januari pun, With this, the WHO should have alerted the world to this danger. WHO masih bersikeras bahwa segala upaya untuk menutup pintu kedatangan internasional Curiously though, the WHO claimed that on January 12th tidak diperlukan, bahkan akan memperburuk penanganan COVID-19.  Tedros: Tidak ada alasan untuk tindakan yang dapat menganggu perjalanan dan perdagangan internasional. they received data showing no cases Kementerian Luar Negeri Tiongkok pun sempat menuduh Amerika Serikat This became a reference for other countries who depended menyebarkan panik dan stigma buruk dengan kebijakannya. Pembawa berita: Sementara Cina memprotes tindakan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain yang melarang masuknya warga negara Cina. Geng Shuang: Kami menolak tindakan Amerika Serikat yang mencela Cina karena virus ini. on WHO's explanations to inform their responses. Ironisnya, In addition, on December 31, 2019, Republik Rakyat Tiongkok sendiri Taiwan, membatasi kedatangan warga asing di negaranya Hong Kong atas dasar mencegah penyebaran virus Corona. and Singapore Dan kebijakan ini, began taking preventive steps by tightening surveillance tidak terlalu mendapat banyak kritikan dari WHO sendiri. Jauh dari koordinasi, at their airports' international arrivals section. WHO justru menimbulkan frustasi Again, dari berbagai negara karena perilakunya the WHO said such steps were unnecessary. yang tidak berani mengambil langkah tegas terhadap Tiongkok. Until the end of January, WHO seakan mengabaikan wewenangnya the WHO still insisted that all efforts untuk mengkritisi data yang diberikan Tiongkok to halt international travel were unnecessary, dengan menggunakan sumber-sumber lain and could even worsen the handling of COVID-19. yang mengindikasikan pemalsuan data, represi kebebasan berbicara, (WHO's Tedros: There is no reason for measures) dan lain-lain. (that unnecessarily interfere) RRC bahkan dilaporkan (with international travel and trade.) telah membungkam tenaga medis The Chinese Ministry of Foreign Affairs yang menyebarkan peringatan dini also accused the United States akan bahaya dari Virus Corona ini. of spreading panic and stigma with its policies. Frustrasi dari Amerika Serikat pun semakin tidak terbendung. Presiden Trump: Hari ini saya memberitahukan administrasi untuk menghentikan pendanaan WHO. (Announcer: Meanwhile China has denounced) Karena korban jiwa COVID-19 di Amerika Serikat (by the US and other countries) merupakan yang tertinggi di dunia. (of denying entry of Chinese nationals) Presiden Donald Trump pun bergegas mengancam akan (Geng Shuang: We oppose US attempts) mengurangi bantuan finansial AS kepada WHO. (to stigmatize China) Apabila Donald Trump berhasil (over the virus.) mencabut dukungan finansial terhadap WHO, Ironically, WHO akan semakin kesulitan The People's Republic of China itself dalam menanggapi kasus COVID-19. limited the arrival of foreigners into the country Akan tetapi sekarang pun, on the basis of preventing the spread of the Coronavirus. apakah WHO sudah berhasil? And yet China's policy