Sejarah Ganyang Malaysia Part 1| Penyebab Konfrontasi Indonesia dan Malaysia
Pada 10 Maret 1965, Gedung MacDonald di Singapura diledakan oleh bom. Ledakan ini menewaskan 3 dan melukai kurang lebih 30 orang. Trauma serta kebingungan tersebar di seluruh Singapura. Dalang di balik ledakan ini adalah dua marinir Indonesia. Namun, aksi ini bukan semata-mata menargetkan Singapura. Melainkan, seluruh Malaysia. Baik di Semenanjung hingga Kalimantan Utara. Pesanan Indonesia adalah satu. Bahwa serangan-serangan serupa tidak akan berhenti sampai tujuan Indonesia tercapai. Yakni kehancuran Federasi Malaysia. Belum genap satu dekade Malaysia merdeka dan menyatukan Singapura, Sabah dan Sarawak. Dia kini harus melawan agresi Indonesia. Negara yang sebelumnya dianggap sebagai saudaranya sendiri. Tentu, banyak faktor yang berkontribusi pada pertikaian Indonesia dan Malaysia. Video ini adalah bagian pertama dari dua seri yang hendak menjelaskan mengapa kedua bangsa serumpun ini dapat terjerumus dalam peperangan. Sejak dahulu, Malaysia dan Indonesia memiliki hubungan yang erat selama masa kerajaan Sriwijaya dan Melaka. Tidak seperti di Eropa, kerajaan-kerajaan kuno tersebut tidak memiliki batas wilayah. Kekuasaan seorang raja diukur dari banyaknya pengikut bukan luas wilayahnya. Akibatnya, terdapat interaksi yang kuat melalui pernikahan, perdagangan dan imigrasi antara Semenanjung Malaya dan Sumatra.
Lalu, penjajahan pun datang. Dan dengannya, konsep akan perbatasan. Dalam upaya menandingi dominasi Belanda sebagai pusat perdagangan di Batavia, kedua negara menandatangani Anglo-Dutch Treaty yang membagi daerah kekuasaan antara Inggris di Semenanjung Malaysia dan Belanda di Nusantara. Lalu, Burney Agreement membatasi daerah kekuasaan antara Inggris dengan Siam. Kemudian, seorang Inggris bernama James Brooke menjadi raja di daerah yang kini bernama Sarawak. Dan Sabah pada akhirnya dikuasai oleh perusahaan Inggris bernama North Borneo Charter Company. Untuk membangun wilayahnya, Inggris mendatangkan ribuan bahkan jutaan pekerja asing dari Tiongkok dan India sebagai coolie dan buruh. Sering berjalannya waktu, orang Malaysia semakin tidak puas. dengan penjajahan Inggris Pasalnya, kedatangan pekerja asing dalam jumlah besar ini, semakin memojokkan bangsa Melayu yang masih dipaksa untuk bekerja di perkebunan.
Alhasil, kekecewaan terhadap sistem penjajahan Barat bercampur dengan kecurigaan pada orang-orang pendatang, mereka merasa bahwa pendatang lebih diuntungkan dalam penjajahan Inggris daripada orang asli Melayu. Solidaritas antara orang Malaysia serta Indonesia pun semakin erat dengan pertumbuhnya ideologi serta aliran pemikiran anti-penjajahan. Di Universitas Al-Azhar di Kairo serta Sultan Idris Training College di Malaysia, mahasiswa asal Indonesia dan Malaysia kerap menjalin organisasi bersama. Beberapa bahkan mengagumi Soekarno dan berpartisipasi dalam Revolusi Indonesia tahun 1945. Dari interaksi di universitas-universitas ini, ada pertukaran ide-ide yang menghendaki persatuan. Ada yang menghendaki persatuan atas dasar agama Islam. Dan ada juga yang menggunakan sosialisme dan nasionalisme. Tokoh Malaysia seperti Ibrahim Yaacob, pendiri dari Kesatuan Muda Melayu, menginginkan tidak hanya kemerdekaan dari Inggris.
Namun juga menghendaki persatuan dengan Indonesia atas dasar nasionalisme serta kejayaan kerajaan kuno seperti Sriwijaya. Pada tanggal 12 Agustus 1945, kekaisaran Jepang yang kala itu menjajah Indonesia dan Malaysia bahkan mempertemukan Ibrahim Yaacob dengan Soekarno. Dalam pertemuan singkat itu, mereka menyetujui bahwa sesuai dengan rapat BPUPKI, kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang akan mencakup wilayah Indonesia serta Malaya dan Borneo Utara.
Tetapi, impian ini... kandas. Jepang menyerah pada Sekutu. Seketika, terjadi vakum kekuasaan dan kekacauan di Nusantara. Soekarno: Proklamasi kami bangsa Indonesia. Dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Soekarno tetap berpegang pada janji kemerdekaan dari Jepang. Namun, kelompok pemuda mendorong Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan secepat mungkin. Akibat dari proklamasi yang terburu-buru tersebut, Jepang tidak sempat mengatur persatuan antara kedua negara secara matang. Dan ketika Proklamasi diumumkan pada 17 Agustus 1945, Malaysia tertinggal.
(Penang Dikuasai Kembali)
Inggris tidak tinggal diam, kesempatan ini digunakan olehnya ketika dia kembali ke Malaysia. Sementara Indonesia sedang sibuk melawan Belanda, Inggris memberikan tawaran kemerdekaan terhadap Malaysia. Dan inilah yang membuat hubungan Indonesia dengan Malaysia semakin memburuk. Pada tahun 1946, terjadi revolusi sosial di Sumatera. Kaum nasionalis serta komunis Indonesia menyerbu berbagai kesultanan di Sumatera Timur. Keluarga serta pendukung Kesultunan Langkat, Serdang, Asahan dan Indragiri ditangkap bahkan dibunuh sebagai upaya untuk memberangus sisa-sisa feudalisme di Indonesia. Bagi Malaysia yang menganggap kesultanan tersebut sebagai sesama kaum Melayu, nasib serupa dapat menimpa mereka apabila bersatu dengan Indonesia. Malaysia yang anti-komunis, percaya bahwa bersatu dengan Indonesia sama saja dengan menghancurkan budaya Melayu di Malaysia. Berbeda dengan Indonesia, Inggris memberikan tawaran yang lebih menarik. Yakni, Inggris tidak akan menghapus kesultanan Melayu di Malaysia. Setelah berdebat panjang antara Inggris dan United Malay National Organisation (UMNO), kemerdekaan Malaysia disetujui pada tanggal 31 Agustus 1957 sebagai negara federal. Ini tidak cukup bagi Tunku Abdul Rahman, Perdana Menteri Malaysia pertama. Pasalnya, ia ingin memastikan bahwa etnis Tionghoa dan India semakin menjadi minoritas di dalam Malaysia. Untuk mencapai hal tersebut, Tunku Abdul Rahman berupaya untuk menyatukan Singapura, Sarawak dan Sabah.
Dan dia harus berhati-hati. Pertama, dia harus tidak memprovokasi Indonesia karena masih banyak di antara populasi di Malaysia yang pro-Indonesia. Kedua, dia harus meyakinkan masyarakat Sabah dan Sarawak bahwa pada dasarnya, mereka juga Melayu. Pada 30 Juli - 5 Agustus 1963, pemimpin Indonesia, Malaysia, serta Filipina bertemu di Manila. Mereka bertiga setuju untuk menunda pengabungan Sarawak dan Sabah dengan Malaysia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dipimpin oleh U Thant akan melakukan riset dan menentukan: Apakah masyarakat Sabah dan Sarawak ingin bersatu dengan Malaysia? Atau tidak? Indonesia, Malaysia dan Filipina juga setuju untuk tidak melibatkan militer asing dalam proses ini. Dan dengan demikian, hal ini juga didukung oleh Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru. Namun, tidak oleh Inggris. Inggris percaya bahwa hal ini hanyalah tipu daya Presiden Soekarno yang hendak menghalangi kepentingan Inggris di Asia Tenggara. Pada akhir Agustus 1963, Duncan Sandys mengunjungi Malaysia dan mendorong pemersatuan secepat mungkin meski hal tersebut melanggar Persetujuan Manila. Bersama dengan Tunku Abdul Rahman, Malaysia dan Inggris mengumumkan bahwa pemersatuan Malaysia akan dilakukan pada 16 September 1963. Penyiar radio: Persidangan penting mengenai Malaysia dialihkan di antara pemimpin-pemimpin Malaya dengan jemaah menteri British. Lepas sekian berunding Tunku Abdul Rahman dan Perdana Menteri British Tuan Harold Macmillan pun mewujudkan perjanjian bersejarah atas Malaysia itu. Agung dalam persetujuan itu adalah masa peralihan dan penyerahan kedaulatan. Amarah Soekarno pun meluap. Pengumuman yang disampaikan secara tiba-tiba tanpa persetujuan dengannya, dijadikannya sebagai bukti bahwa Malaysia tidak lebih dari boneka penjajahan yang lebih patuh pada dorongan Inggris. Di Jakarta, kedutaan Malaysia dan Inggris diguncang dengan kerusuhan. Dan dimana-mana kampanye untuk mengganyang Malaysia dikumandangkan. AS, Selandia Baru dan Australia turut kecewa akan keputusan Inggris yang tergesa-gesa. Mesikpun pada akhirnya studi U Thanh (dari PBB) menyatakan bahwa Sabah dan Sarawak memang bersedia bergabung dengan Malaysia, amarah Indonesia dan Filipina sudah tidak dapat terbendung. Kini, Malaysia harus berhadapan dengan Indonesia. Indonesia.
Negara yang memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara. Angkatan bersenjatanya sudah di tempat di Sulawesi, Sumatera dan Papua. Belum lagi, Indonesia memiliki masyarakat yang sangat militan dan dengan sukarela membentuk berbagai milisi yang siap dikirim ke Malaysia. Pertempuran tinggal menunggu waktu. Dan negara Malaysia yang baru ini, hanya dapat bersiap diri.